Monday, October 24, 2016
Aisyah istri Firaun
Al-Quran juga merekam satu peristiwa bahwa pada masa Nabi Musa juga muncul seorang perempuan teladan bernama Aisyah binti Muzahim. Ia adalah istri Firaun dan dinilai sebagai perempuan terbaik karena memiliki akhlak luhur, menjadi penghibur duka lara, dan mampu meloloskan diri dari datangnya berbagai kemelut. Hingga ia merupakan rahmat dari Tuhan kepada umat manusia pada masa kekuasaan suaminya, Firaun, penguasa yang diktator, otoriter, zalim dan congkak. Sebagai perempuan teladan ia rela mengangkat Musa sebagai anak yang mesti diasuh dan dididiknya. Firman Allah Swt. menyebutkan : mudah-mudahan ia bermanfaat bagi kita atau kita ambil ia menjadi anak. (QS. Al-Qashash: 9).
Asiyah, istri raja Firaun yang dijadikan simbol sebagai seorang istri penyabar, meski telah mendapat perlakuan buruk dari sang suami. Semula Asiyah adalah satu-satunya wanita yang sangat dicintai oleh raja Firaun. Meski Firaun dikenal sebagai raja kejam yang tak segan-segan melakukan pembunuhan terhadap siapa saja yang menentangnya, namun terhadap wanita ini Firaun sepertinya masih ada perasaan bertekuk lututnya.
Kepada wanita ini Firaun rela mempersembahkan apa saja sebagai bukti rasa cintanya, termasuk salah satunya mengangkat Musa sebagai anak angkat atas permintaan Asiyah, yang sebenarnya kelak akan menjadi musuhnya sendiri. Disebutkan bahwa Asiyah memang seorang wanita yang begitu cantik.
Kecantikan wajah yang dimiliki juga diimbangi dengan keluhuran budi yang mulia. Maka tak heran jika Firaun mau menberikan cintanya kepada istrinya itu, konon Firaun membangun sebuah istana kecil di pinggir sungal Nila yang khusus dipersembahkan kepada Asiyah, istri tercintanya.
Di awal-awal kehidupan berumah tangga tentu Asiyah masih bisa merasakan kebahagiaan sebagai istri seorang raja. Namun kebahagian itu tidak bisa dirasakan dalam jangka waktu yang lama. Sejak Firaun mengaku diri sebagai Tuhan, sekaligus memaksa kepada semua rakyatnya untuk menyembahnya, sejak saat itulah tekanan batin mulai dirasakan Asiyah. Paksaan Firaun supaya disembah dan diakui sebagai Tuhan tidak hanya berlaku bagi semua rakyat, namun juga terhadap Asiyah, istri Firaun sendiari. Dalam posisi seperti itu Asiyah tidak bisa berbuat banyak kecuali harus menuruti apa yang dipaksakan suami, meski dalam hati ia berontak.
Asiyah bukanlah tipe wanita yang gampang minta cerai. Ya, wanita ini bukan model istri yang sedikit-sedikit ngambek, hingga gampang memutuskan untuk minta pisah. Asiyah adalah contoh wanita yang begitu sabar menghadapi keburukan sikap dari sang suami. Meski suami terus memperlakukan tidak baik terhadapnya, namun tetap saja ia berusaha untuk sabar dan tabah menghadapi cobaan derita tersebut. Begitu sabar dan tabahnya sikap Asiyah, sampai-sampai ia mau berkorban nyawa menghadapi perlakuan suaminya itu.
Dikisahkan bahwa Asiyah sebenarnya mulai meyakini ajaran agama yang dibawa oleh Musa, anak angkatnya. Sejak Musa bersama Harun berusaha untuk meyadarkan Firaun, diam-diam Asiyah mulai sadar bahwa Tuhan yang sesungguhnya bukanlah suaminya, melainkan Dzat yang menciptakan bumi berserta isinya ini. Dan puncak dari ketabahan Asiyah hingga ia harus menerima siksaan dari Firaun adalah ketika Firaun menerima kekalahaan atas Musa pada saat pertarungan adu kekuatan antara ahli sihir Firaun dengan kekuatan mujizat yang diberikan Allah Swt. kepada Musa.
Ternyata Asiyah yang telah menyaksikan jalannya pertarungan sihir tersebut mendapat hidayah dari Allah Swt. . atas peritiwa itu dan langsung beriman kepada Tuhannya Musa. Bertahun-tahun lamanya ia memendam ketidakpercayaan terhadap suaminya yang mengakui sebagai Tuhan, kini wanita tersebut menjadi sadar bahwa ada Tuhan yang sesungguhnya. Peristiwa yang baru disaksikan adalah sebuah bukti dari kekuasaan Allah Swt. yang mampu membuka mata batinnya untuk menerima keimanan sebagai pegangan hidup. Seketika itu Asiayah menyatakan diri sebagai muslim bahkan dia juga berani berterus terang kepada Firaun.
Firaun murka dan menjatuhkan hukuman kepadanya. Para algojo diperintahkan Firaun untuk segera melakukan penyiksaan kepada Asiyah, yang olehnya dianggap murtad itu. Tubuh Asiyah ditelantangkan di atas tanah di bawah terik sinar matahari. Kedua tangannya diikat kuat ke tiang-tiang yang dipatok ke tanah agar ia tak dapat bergerak-gerak. Wajahnya yang telanjang di hadapankan langsung ke arah datangnya sinar matahari. Asiyah pastilah tidak akan tahan akan sengatan panas matahari, dan akhirnya ia akan mengubah keimanannya kepadaku, demikian pikir Firaun.
Tetapi, apa yang terjadi? Ternyata Tuhan tidak membiarkan hambanya menderita akibat kekafiran Firaun. Setiap kali para algojo meninggalkan Asiyah dalam hukumannya, segera malaikat menutup sinar matahari itu, sehingga langit menjadi teduh dan Asiyah tak merasakan sengatan matahari yang ganas itu. Asiyah tetap segar-bugar meskipun sudah dihukum berat.
Kemarahan Firaun terhadap Asiyah semakin menjadi-jadi manakala Asiyah tetap tidak mau mengakui Firaun sebagai Tuhan dan lebih memilih mempercayai aqidah yang dibawa Musa dan Harun, walaupun Firaun sudah berusaha membujuknya, bahkan mengancamnya. Dan kemudian Firaun mengutus seseorang untuk datang kepada istrinya itu. Kepada utusan tersebut Firaun berkata, Bawalah sebuah batu yang besar. Jika Asiyah tetap beriman pada Tuhan Musa dan Harun, pukulkan batu besar itu ke kepadanya. Namun jika ia mengubah pendiriannya maka tetaplah ia menjadi istriku.
Maka pada saat utusan tersebut sampai kepada Asiyah, istri Firaun ini sedang mendongakkan kepalanya ke langit. Untuk selanjutnya ia berdoa kepada Allah Swt. . Al quran mengabadikan doa Asiyah tersebut dalam sebuah ayat berikut:
Wahai Tuhan, bangunkanlah untukku sebuah rumah disisi-Mu dalam surga dan selamatkan daku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkan daku dari kaum yang dzalim. (QS. Ath-Tahrim: 11).
Utusan Firaun itu mendekat dan menanyakan perihal keimanan yang dipegang teguh Asiyah. Wanita ini dengan tegarnya menjawab bahwa dia tetap dalam pendiriannya; mengakui bahwa ajaran yang dibawa Musa dan Harun adalah ajaran yang benar. Asiyah menyatakan dengan tegas bahwa tiada Tuhan selain Allah Swt. Sesuai dengan perintah Firaun , utusan itupun langsung mengangkat batu besar yang akan dipukulkan ke kepala Asiyah. Namun sebelum batu tersebut mengenai kepalanya, terlebih dahulu Allah Swt. memerintahkan kepada malaikat Izrail untuk mencabut nyawa wanita mulia ini. Dengan demikian Asiyah selamat dari siksaan pukulan batu yang akan dibenturkan oleh utusan Firaun. baru setelah tubuh Asiyah ambruk tak bernyawa lagi, utusan itu langsung membenturkan batu besar ke kepala Asiyah hingga kepalanya berlumuran darah.
SubhanAllah! Begitu tegar hati Asiyah dalam mempertahankan keimannya. Dia rela menerima kemurkaan suami, bahkan rela menaruhkan nyawanya demi mempertahankan iman dan taqwanya kepada Allah Swt. Adakah wanita semacam Asiyah di era dimana banyak kaum wanita yang menuntut adanya emansipasi ini?
Entahlah! Yang jelas sungguh sangatlah pantas jika Allah Swt. mengabadikan kisah kesabaran dan ketabahan Asiyah didalam Al Quran. Bahkan sangat tak berlebihan jika Nabi sendiri menyerukan kepada umat perempuannya untuk banyak banyak belajar kepada wanita yang satu ini.malah Nabi menyatakan dengan tegas bahwa siapapun yang bisa menjalani hidup sabar atas penderitaanya dalam rumah tangga, maka ia akan diberi pahala surga, sebagaimana Asiyah.
Pesan Moral dari Kisah Asiyah (Istri Firaun)
Dalam QS. 66:11, disebutkan bahwa Asiyah istri Fir`aun adalah perumpumaan bagi orang-orang yang beriman. Akibat dari keimanan Asiyah kepada kerasulan Musa, ia harus rela menerima siksaan pedih dari suaminya. Suatu ketika Nabi Musa as. berhasil mengalahkan para tukang sihir Firaun. Asiyah, yang turut menyaksikan kesuksesan Musa, bertambah tebal imannya. Sebenarnya, telah lama Asiyah beriman kepada Allah Swt. , tetapi hal ini tidak diketahui suaminya. Lama-lama Firaun mengetahui juga akan keimanan Asiyah. Firaun marah dan menjatuhkan hukuman pada dirinya. Para algojo diperintahkan untuk segera melakukan penyiksaan kepada Asiyah, yang olehnya dianggap murtad itu. Tubuh Asiyah ditelantangkan di atas tanah di bawah terik sinar matahari. Kedua tangannya diikat kuat ke tiang-tiang yang dipatok ke tanah agar ia tak dapat bergerak-gerak. Wajahnya dihadapkan langsung kea rah datangnya sinar matahari. Pastilah Asiyah tidak akan tahan akan sengatan panas matahari, dan akhirnya ia akan mengubah keimanannya kepadaku, pikir Firaun. Tetapi apa yang terjadi? Ternyata Tuhan tidak membiarkan hambanya menderita akibat kekafiran Firaun. Setiap kali para algojo meninggalkan Asiyah dalam hukumannya, para malaikat segera menutup sinar matahari itu, sehingga langit menjadi teduh dan Asiyah tidak merasakan sengatan matahari yang panas itu. Asiyah tetap segar bugar meskipun sudah dihukum berat.
Dari apa yang dikisahkan dalam Al-Quran dapat kita sebut bahwa Asiyah adalah tipe perempuan pejuang. Ia hidup di bawah suami yang melambangkan kedzaliman. Ia memberontak kepadanya, melawannya dan mempertahankan keyakinannya apapun resiko yang diterimanya. Semuanya ia lakukan karena ia memilih rumah di surga, yang diperoleh dengan perjuangan menegakkan kebenaran, ketimbang istana di dunia, yang dapat dinikmatinya bila ia bekerjasama dengan kedzaliman. Al-Quran tidak menyebut namanya. Hadis menyebutnya Asiyah binti Mazahim Dan Allah Swt. menjadikan teladan bagi orang-orang yang beriman perempuan Firaun, ketika ia berdoaa: Ya Rabbi, bangunkan bagiku rumah di surge. Selamatkan aku dari kaum yang dzalim.
Seorang istri yang salihah, ia akan bersabar dengan kekurangan yang ada pada suaminya dan sabar dengan kesulitan hidup bersama suaminya. Tidaklah ia mudah berkeluh kesah di hadapan suaminya atau mengeluhkan suaminya kepada orang lain, apalagi menceritakan aib, cacat dan kekurangan sang suami. Bagaimanapun kekurangan suaminya dan kesempitan hidup bersamanya, ia tetap bersyukur di sela-sela kekurangan dan kesempitan tersebut, karena Allah Swt. memilihkan lelaki muslim yang beriman kepada Allah Swt. dan hari akhir sebagai pendamping hidupnya. Dan tidak memberinya suami seperti suami Asiyah bintu Muzahim yang sangat kafir kepada Allah Swt. dan berbuat aniaya terhadap istri karena ia beriman kepada Allah Swt. dan RasulNya. Seperti telah dikisahkan dalam bab sebelumnya, bahwa ketika Firaun, suami Asiyah, mengetahui keimanan istrinya, ia keluar menemui kaumnya lalu bertanya: Apa yang kalian ketahui tentang Asiyah bintu Muzahim? Mereka memujinya. Sedangkan Firaun berkata: Ia menyembah Tuhan selain aku. Mereka berkata: kalau begitu bunuhlah dia. Maka firaun membuat pasak-pasak untuk istrinya, kemudian mengikat kedua tangan dan kedua kaki istrinya, kemudian menyiksanya di bawah terik matahari. Jika Firaun berlalu darinya, para Malaikat menanungi Asiyah dengan sayap-sayap mereka. Asiyah berdoa: Wahai Rabbku, bangunkanlah untukku disisiMu sebuah rumah di dalam surge. Allah Swt. mengabulkan doa Asiyah dengan membangunkan sebuah rumah di surge untuknya. Dan rumah itu diperlihatkan kepada Asiyah, maka ia pun tertawa. Bertepatan dengan itu Firaun datang, melihat Asiyah tertawa, dia heran. Tidaklah kalian heran dengan kegilaan Asiyah? Kita siksa dia malah tertawa.
Menghadapi beratnya siksaan Firaun hati Asiyah tidak lari untuk berharap belas kasih dan pertolongan dari Penguasa Makhluk. Ia berdoa agar diselamatkan dari siksaan yang ditimpsksn Firaun dan kaumnya serta tidak lupa memohon agar diselamatkan dari melakukan kekufuran sebagimana yang diperbuat Firaun dan kaumnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment