Monday, October 24, 2016

Siti Maryam

Nama Maryam bermakna ibadah. Orang tuanya memberikan nama tersebut karena berharap, bahwa nanti anaknya itu akan menjadi orang yang senantiasa beribadah kepada Allah Swt.  . Maryam adalah keturunan dari keluarga yang sholeh, berasal dari ayah dan ibu yang sholeh, dan dari semenjak kecil ia di asuh oleh orang yang sholeh pula, yaitu Nabi Zakaria as.

Dalam masa pertumbuhannya, Maryam sangat bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah Swt.  . Ia adalah wanita yang gemar sekali berpuasa dan melaksanakan salat malam. Kehidupan Maryam berlangsung terus dalam keadaan seperti itu, tidak ada sesuatupun yang mengeruhkan kejernihan, ketenangan dan kesendiriannya dalam melaksanakan ibadah yang penuh kesungguhan dan ketundukan kepada Allah Swt.  .

Tetapi Nabi Zakaria as menemukan sesuatu yang asing dan aneh terjadi pada diri Maryam. Tiap kali ia masuk mengunjungi mihrab Maryam, ia selalu mendapati Maryam telah memiliki rezeki berupa makanan. Padahal tidak ada orang selain diriya yang masuk ke mihrab Maryam. Dari kejadian ini, Nabi Zakaria yakin bahwa Allah Swt. telah mengkhususkan kedudukan Maryam, dengan kedudukan yang mulia, dan Allah Swt. telah memilihnya dari seluruh wanita yang ada di seluruh alam raya ini. Ketika Nabi Zakaria wafat dan pengurus Maryam diserahkan kepada Yusuf an-Najar. Dan, setiap kali Yusuf hendak mengirimkan makanan kepada Maryam, iapun selalu melihat makanan dari berbagai jenis telah tersedia dalam mihrab Maryam.

Demikianlah kehidupan Maryam, ia senantiasa tenggelam dalam ibadahnya, berpuasa, salat malam, dan senantiasa tunduk dan patuh kepada Allah Swt.  ..sampai pada suatu saat, Allah Swt. mengutus Jibril dalam bentuk manusia untuk memberikan kabar gembira kepada Maryam..yaitu seorang anak laki-laki yang akan dikandungnya..

Maryam sangat terkejut menerima berita yang disampaikan oleh Jibril, sehingga di abadikan dalam dalam Al Quran, Maryam berkata ; Bagaimana akan ada bagiku seorang anak-laki-laki, sementara tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku, dan aku bukan pula seorang pezina.
Tetapi, semua itu adalah ketetapan Allah Swt.  , dan dalam waktu singkat, Maryam-pun telah mengandung bayi yang telah ditetapkan oleh Allah Swt.  . Ketika menghadapi hal ini, Maryam-pun berdoa  Ini adalah kasih sayang-mu wahai Tuhanku, ampunan-Mu, dan keridhoan-Mu. Engkaulah yang Maha tau apa yang ada dalam diriku, sedangkan aku tidak mengetahui apa yang ada dalam diri-Mu

Tidak ada satupun di hadapan Maryam kecuali satu hal, yaitu sepenuhnya menyerahkan diri, ridho dengan sepenuh hati atas ketetapan yang Allah Swt. ridhoi untuk dirinya. Kejadian ini tentunya membuat Maryam menjadi wanita yang paling hina di antara kaumnya, ia disingkirkan, dan tidak ada satupun dari kaumnya yang mau menolongnya.
Dan ingatlah ketika malaikat Jibril berkata: Hai Maryam, sesungguhnya Allah Swt. telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala perempuan di dunia (yang semasa dengan kamu). (QS. Ali-Imran: 42)
Tentu saja Maryam heran mengapa ia bisa memiliki anak, sementara ia sendiri tidak menikah dan selalu menjaga kesucian dirinya.
Bagaimana aku bisa memiliki seorang anak laki-laki sedangkan aku tidak pernah disentuh oleh seorang manusia (laki-laki) pun dan aku bukan pula seorang wanita pezina. (QS. Maryam: 20)
Ketika Maryam akhirnya hamil tanpa menikah dengan seorang lelaki manapun, ia lalu mengasingkan diri karena malu. Ia tidak kuat menanggung amanah besar ini, tetapi sebagi wanita yang taat kepada Allah Swt. ia pun tetap berusaha menyelamatkan bayi yang dikandungnya ini.
Aduhai alangkah baiknya aku mati sebelum ini dan aku mejadi sesuatu yang tidak berarti lagi dilupakan. (QS. Maryam: 23)
 Sesungguhnya Allah Swt. telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran  melebihi segala umat ( di masa mereka masing-masing). Yaitu suatu keturunan yang sebagiannya merupakan turunan dari yang lain. Dan Allah Swt. mendengar lagi maha mengetahui. (QS. Al-Imran: 33-34)

Kisah Maryam ini mengajarkan kepada kita bahwa ketaatan seorang wanita kepada Allah Swt.  , terutama dalam menjaga kesuciannya, dibalas oleh Allah Swt. dengan karunia yang tidak terkirakan sebelumnya. Namun, karunia itu terkadang tersembunyi dalam sesuatu yang menurut pandangan manusia adalah hal yang terlihat seolah-olah buruk. Maryam telah membuktikan bahwa Cobaan berupa hamil  tanpa nikah dibayar lunas dengan bayi yang meluruskan persepsi keliru kaumnya. Bayi tersebutlah yang akhirnya menjadi rasul pembawa cahaya umat.

Rasulullah Saw. bersabda: Orang yang sempurna dari kalangan laki-laki itu banyak, tetapi tidak ada yang sempurna dari kalangan wanita kecuali Aisyah istri Firaun dan Maryam putri Imran. Sungguh keutamaan Aisyah bila dibanding para wanita selainnya seperti kelebihan tsarid (makanan istimewa berupa daging dicampur roti yang dilumatkan) di atas seluruh makanan. (HR. Bukhari).

Maryam mengajarkan pada wanita zaman sekarang bahwa cobaan hidup adalah konsekuensi ketakwaan dan kemuliaan hidup setelah cobaan tersebut  adalah konsekuensi kesabaran.

Pesan Moral dari Kisah Maryam
Nama Maryam disebut dalam al-Quran sebanyak 34 kali dan terbagi dalam 11 surat Bahkan sebuah surat menggunakan nama Maryam. Perlu dicatat bahwa tidak seorang wanita pun yang disebut namanya dalam al-Quran kecuali beliau. Ini untuk mengisyaratkan bahwa tidak ada wanita lain yang pernah atau akan mengalami seperti apa yang beliau alami (melahirkan anak yang menjadi Nabi tanpa disentuh pria).

Maryam adalah tipe perempuan yang saleh, ibu dari tokoh terkemuka di dunia dan akhirat. Ia menjaga kesucian dirinya, mengisi waktunya dengan pengabdian yang tulus kepada Rabb. Akhirnya, ia memikul amanah untuk mengasuh dan membesarkan kekasih Rabb, Isa putra Maryam. Dan Maryam putra Imran, yang menjaga kesucian kehormatannya. Kami tiupkan ruh kami dan ia membenarkan kalimah Tuhannya dan kitab-kitabNya dan ia termasuk orang yang taat (QS. 66: 16). Maryam adalah tipe perempuan shaleh. Kehormatannya terletak dalam kesucian bukan dalam kecantikan.

Istri yang salihah akan menjaga dirinya dari perbuatan keji dan segala hal yang mengarah ke sana, seperti yang terjadi pada Maryam putra Imran. Sehingga ia tidak keluar rumah kecuali karena darurat, dengan izin suaminya. Kalaupun keluar rumah, ia memperhatikan adab-adab syari. Dia menjaga diri dari bercampur baur apalagi khalwat dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Ia tidak berbicara dengan laki-laki ajnabi (non muhrim) kecuali karena terpaksa. Dan ia tidak melepas pandangannya dengan melihat apa yang diharamkan Allah Swt.  . Ia ingat Bagaimana Allah Swt. memuji Maryam yang sangat menjaga kesucian diri, sehingga ketika dikabarkan oleh Jibril bahwa dia akan mengandung seorang anak yang kelak menjadi rasul pilihan Allah Swt.  , Maryam berkata dengan heran: Bagaimana aku bisa memiliki seorang anak laki-laki sedangkan aku tidak pernah disentuh oleh seorang manusia (laki-laki) pun dan aku bukan pula seorang wanita pezina.
Wanita salihah akan mengingat bagaimana keimanan Maryam kepada Allah Swt. dan bagaimana ketekunannya dalam beribadah, sehingga Allah Swt. memilihnya dan mengutamakannya di atas seluruh wanita. Hal ini dikisahkan ketika malaikat Jibril berkata: Wahai Maryam, sesungguhnya Allah Swt. telah memilihmu, mensucikan dan melebihkanmu di atas segenap wanita di alam ini (yang hidup di masa itu) (Ali Imran:42).

No comments:

Post a Comment