Monday, October 24, 2016
Ratu Balqis
Saba, salah satu kerajaan kuno terbesar di daerah Yaman yang hadir jauh sebelum masehi dan sebelum Islam disebarkan oleh Nabi Muhammad. Ibukotanya Marib, sebuah kota dekat Sanaa, ibukota Yaman sekarang. Saking besarnya kekuasaan kerajaan ini, para sejarawan menyimpulkan bahwa luas daerah wilayahnya lebih luas dari wilayah Yaman sekarang. Banyak ahli yang menyebutkan bahwa Habasyah yang sekarang dikenal dengan Ethiopia dulunya masuk ke dalam kawasan kekuasaan kerajaan Saba.
Kisah Ratu Balqis dan Nabi Sulaiman bisa kita lihat dalam Al-Quran. Allah Swt. berfirman: berkata ia (Balqis): hai pada pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku ini, aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelisku. (QS. An-Naml: 32).
Dan firmannya : ia berkata: Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang mereka perbuat. (QS. An-Naml: 34)
Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.
(QS. an-Naml [27]: 23).
Siapakah sesungguhnya yang dimaksud seorang wanita dalam firman Allah Swt. di atas? Dialah Ratu Balqis yang memerintah negeri Saba di zaman Nabi Sulaiman. Ratu Balqis bersama rakyatnya menyembah matahari. Nabi Sulaiman kemudian berkirim surat kepada Ratu Balqis.
Ratu Balqis adalah seorang wanita yang sangat cantik dan mempunyai akal yang cerdas, oleh sebab itulah golongan jin merasa iri hati dengannya. Mereka mengatakan bahawa Ratu Balqis itu mempunyai dua aib, pertama tubuhnya pendek dan kedua betisnya seperti betis unta.
Suatu ketika, Raja Sulaiman mengundang Ratu Bilqis dari negeri Saba untuk mengunjungi kerajaannya. Dari kabar yang tersiar serta dari laporan para menterinya, beliau mendengar bahwasanya Ratu Bilqis adalah seorang penyembah matahari. Oleh karenanya Raja Sulaiman berniat menawarkan pengertian tentang konsep ketuhanan kepadanya.
Begitulah. Khusus untuk menyambut tetamu dari negeri Saba itu, Raja Sulaiman sengaja memerintahkan paraahlinya untuk membangun sebuah istana megah yang amat indah. Jalan menuju balairung tempat pertemuan diselenggarakan sengaja dipasangi lantai jubin terbuat dari kaca yang amat bening. Seperti firman Allah Swt. Para jin membuat untuk Nabi Sulaiman apa yang dikehendaknya dari bangunan yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang besarnya seperti kolam dan periuk yang tetap berada di atas tungku. (Saba: 13)
Ketika Ratu Balqis dan rombongan tiba, Nabi Sulaiman bertanya kepadanya: Apakah ini singgahsanamu? Ratu Balqis menjawab: Mungkin! Ia tidak mengatakan ya, kerana dilihatnya ada sedikit perubahan. Tetapi tidak mengatakan bukan, disebabkan ada sebahagian yang serupa dengan singgah-sananya. Dari jawapan Ratu Balqis itu, tahulah Nabi Sulaiman as bahawa ia adalah seorang wanita yang berakal sempurna serta bijaksana.
Kemudian Nabi Sulaiman as menyuruh tamunya itu masuk ke dalam istana. Ketika Ratu Balqis melihat ke dalam istana, ia melihat seakan-akan ada aliran air, sehingga ia mengangkat kainnya, sehingga betisnya tersingkap. Nabi Sulaiman as melihat betisnya itu, maka tidak ada satu aibpun seperti yang disampaikan oleh golongan jin.
Nabi Sulaiman berkata kepada Ratu Balqis: Ini adalah sebuah mahligai yang licin, ia dibentuk daripada kaca. ketika Ratu Balqis menyaksikan betapa hebatnya Nabi Sulaiman, ia berkata dalam hatinya: Walaupun kerajaanku luas, singgahsanaku indah dan megah, bala tenteraku ramai, namun jika dibandingkan dengan semua yang aku saksikan ini, seakan-akan milikku tidak bererti.
Kemudian ia berkata seperti yang diungkapkan di dalam Quran, firman Allah Swt. SWT surah An Naml ayat 44 bermaksud: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah Swt. Tuhan semesta alam.
Istana ini memang sengaja dibangun berlantaikan kaca. Di bawahnya dialirkan kolam. Lalu engkau menyingsingkan kain untuk melintasinya, karena engkau melihat air. Padahal yang engkau sangkakan air itu, hanyalah kaca yang begitu bening.
Serupa itu pulalah matahari yang engkau sembah selama ini. Ia hanyalah benda mati semata. Wujud Tuhanlah yang berada di baliknya, yang memancarkan segala cahaya kehidupan kepada kita semua.Tanpa Dia, matahari itu tak berarti apa-apa. Ia bukan sumber cahaya sebenarnya. Tuhan Yang Maha Kuasalah yang telah menganugerahkan kepada benda langit itu cahaya yang dipancarkannya.
Ratu Bilqis amat terkesan, dan menerima kearifan ini. Ia pun meninggalkan kepercayaan lamanya, lalu mengikuti Raja Sulaiman untuk tunduk seutuhnya kepada Tuhan Yang Maha Mulia.
Di sini tampak kepribadian yang hakiki dibalik statusnya sebagai penguasa. Ia tidak suka pada peperangan dan pemusnahan. Ia lebih mengutamakan langkah-langkah taktis, damai dan diplomatis sebelum menempuh jalan melalui kekuatan militer.
Kisah lebih lengkap tentang Ratu Balqis kita pelajari dan tadaburi langsung dalam Al-Quran. Ibrah (pelajaran) dari kisah ini adalah bahwa jabatan tinggi dan kekuasaan ternyata tidak bernilai apapun ketika berhadapan dengan keimanan. Ratu Balqis tidak memiliki gengsi yang tinggi ketika ia mengakui keikhlasan Nabi Sulaiman dan kebenaran ajarannya dengan keikhlasan ia pun masuk Islam. Hikmahnya untuk wanita saat ini, kekayaan dan jabatan tidak harus menjadi penghalang dalam menerima kebenaran, sekalipun kebenaran itu datang dari suaminya sendiri.
Pesan Moral dari kisah Balqis, Ratu Saba.
Meskipun kenyataan menunjukkan Balqis adalah seorang ratu yang memerintah suatu bangsa, namun kebanyakan kaum muslimin menganggap kepemimpinan sangatlah tidak patut dipikul oleh kaum perempuan. Al-Quran tidak menggunakan suatu istilah yang menyebutkan posisi pemimpin adalah tidak sesuai bagi kaum perempuan. Sebaliknyakisah Ratu Balqis dalam al-Quran justru menyinggung soal praktik politik dan keagamaannya.
Walaupun terdapat ayat yang menyebutkan (barangkali secara khusus) bahwa Ratu Balqis adalah seorang pemerintah perempuan (QS. An-Naml: 23), namun hal ini tidak lebih dari kutipan pernyataan soal burubg hudhud yang telah menyaksikan sang ratu. Di luar identifikasi ini sebagai perempuan, tidak pernah pembedaan, larangan, penambahan, pembatasan atau spesifikasinya sebagai perempuan yang memerintah.
Dalam episode berikutnya, ketika Balqis menerima surat dari Sulaiman, dan meminta pertimbangan dari para pembesar dan penasihatnya, terdapat pesan moral yang dapat diambil pelajarannya dan diaplikasikan dalam kehidupan kita. Meskipun Ratu Saba melaksanakan tata cara yang lazim dalam mengambil keputusan dan meminta pertimbangan para penasihatnya tentang masalah ini, ia juga telah memberikan indikasi pandangannya dengan menyebut surat itu sebagai karim. Karena itu, penundaan keputusan yang dilakukannya dalam hal ini bukanlah karena ketidakmampuannya mengambil keputusan, melainkan demi protocol dan diplomasi
Dengan demikian, jelaslah bahwa Ratu Balqis merupakan sosok penguasa yang sangat arif dan bijaksana. Hal ini dapat dilihat dari penilaiannya terhadap surat Nabi Sulaiman yang mengajaknya untuk menyembah Allah Swt. semata, berserah diri kepadaNya dan tidak sombong, sebagai surat mulia. Memang at-TabatabaI misalnya, mengatakan bahwa Balqis bersikap demikian, karena surat tersebut dating dari Nabi Sulaiman yang sudah dikenal kekuasaannya, dan karena dalam surat itu disebut nama Allah Swt. kendatipun Balqis saat itu belum beriman. Akan tetapi, menurut Sayyid Qutb, Balqis menyebut surat itu sebagai surat mulia untuk menghindari permusuhan dan perselisihan, meskipun tidak dengan terus terang. Sikapnya untuk bermusyawarah dengan para penasihat/pembesar kerajaannyadalam rangka menanggapi surat Nabi Sulaiman juga mengindikasikan kearifan Balqis. Dengan demikian, pemerintahan kerajaan Balqis bersifat demokratis. Otoritas kepala Negara tidak hanya berada di tangan Balqis sendiri, tetapi juga di tangan badan penasihat atau para pembesar kerajaan.
Selain sikapnya yang bijaksana, Ratu Balqis tampak mempunyai pandangan politik yang tajam. Setelah para pembesar kerajaan memberikan pandangan tentang kekuatan dan keberanian yang menunjukkan kecenderungan berperang, Balqis mengisyaratkan ketidaksetujuannya, dengan menjelaskan akibat yang akan dating apabila terjadi peperangan. Balqis menyadari bahwa peperangan akan mendatangkan banyak malapetaka. Karena itu, dia berupaya mencari solusi terbaik, yaitu mengirimkan utusan yang membawa hadiah kepada Nabi Sulaiman. Keputusan ini mencerminkan kepribadian perempuan yang tidak menyukai peperangan, kekerasan, dan lebih memilih menggunakan tipu daya dan cara-cara halus sebelum menggelar kekuatan senjata
Beberapa orang menafsirkan keputusan Balqis yang cenderung memilih untuk mengirimkan hadiah ketimbang memperlihatkan kekuatan yang kasar sebagai politik yang feminin. Sebetulnya, kita bisa menilai dengan penilaian yang berbeda, yakni bahwa Ratu Balqis memiliki pengetahuan politik damai sekaligus pengetahuan spiritual mengenai pesan unik Nabi Sulaiman, dan hal itu menunjukkan ia memiliki kemampuan yang independen untuk memerintah secara bijaksana dan bisa diatur dengan baik untuk masalah-masalah spiritual. Jadi jelaslah, di sini terlihat adanya hubungan antara kebebasan keputusan politik yang dimilikinya daripada norma penasihat (laki-laki) disekitarnya, dengan kebebasannya untuk menerima kebenaran Islam, daripada norma-norma kaumnya.
Dalam kedua contoh itu, al-Quran memperlihatkan bahwa penilaian Balqis jauh lebih baik dibanding norma di sekelilingnya, dan kebebasannya menunjukkan penilaiannya yang lebih baik. Jika politiknya adalah politik feminine, kemudian keimanannya juga feminine, dan implikasinya akan menunjukkan bahwa masakulinitas sama sekali tidak menguntungkan. Keimanannya dan politiknya mungkin saja bersifat khas milik perempuan, tetapi keduanya jauh lebih baik. Keputusan ini menunjukkan seseorang yang memiliki pengetahuan, bertindak berdasarkan pengetahuan, dan oleh sebab itu bisa menerima kebenaran.
Dengan dalil-dalil di atas tentulah lebih tepat untuk dijadikan dasar kebolehan perempuan menjabat kepala Negara, dan rujukan sekaligus counter terhadap argumentasi-argumentasi yang diketengahkan pihak yang tidak setuju perempuan menjadi pemimpin suatu Negara. Al-Quran secara eksplisit menggambarkan perempuan (Ratu Balqis) yang menjabat kepala pemerintahan negeri Saba sebagai penguasa yang sah, dan bukan hanya berhasil mengentaskan rakyatnya dari kemiskinan dan kesengsaraan melainkan membawa ke kehidupan yang makmur dan mencapai budaya yang tinggi dalam bidang sains dan seni.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment